Manusia
pertama berkembang di daerah tropis dan subtropis Afrika sekitar 2,5 juta tahun
lalu. Sejak itu, kami telah berhasil menduduki semua wilayah geografis utama di
dunia, tetapi tubuh kita tetap dasarnya dengan binatang iklim hangat. Kita
tidak bisa bertahan hidup di luar daerah lebih hangat dari planet kita tanpa
pengetahuan budaya dan teknologi. Apa yang memungkinkan nenek moyang kita untuk
mulai hidup di daerah beriklim sedang dan akhirnya subarctic dari belahan bumi
utara setelah setengah juta tahun yang lalu adalah penemuan keterampilan
berburu efisien, penggunaan api, dan, akhirnya, pakaian, perumahan hangat,
pertanian, dan perdagangan . Kebudayaan telah menjadi mekanisme adaptif sangat
sukses untuk spesies kita. Ini telah memberi kita keuntungan selektif utama
dalam persaingan untuk bertahan hidup dengan bentuk-bentuk kehidupan lainnya.
Budaya telah memungkinkan populasi manusia global untuk tumbuh dari kurang dari
10 juta orang tak lama setelah berakhirnya zaman es terakhir untuk lebih dari
6,5 miliar orang saat ini, hanya 10.000 tahun kemudian. Budaya telah membuat
kami yang paling berbahaya dan paling merusak hewan besar di planet kita.
Sungguh ironis bahwa meskipun kekuatan bahwa budaya telah memberi kita, kita
sepenuhnya bergantung pada itu untuk bertahan hidup. Kita perlu keterampilan
budaya kita untuk tetap hidup.
Menurut
Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu.
Koentjaraningrat
juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara
budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya,
yang berati daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap
merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi.
Jadi,
kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut
Koentjaraningrat merupakan “keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Lalu, dilain
pihak Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem mengenai
konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini
manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan. (Abdullah, 2006:1)
Lebih
sepesifik lagi, E. B Taylor, dalam bukunya “Primitive Cultures”, mengartikan
kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.” (Setiadi, 2007:27)
Dari
berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau
budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku, baik
itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya
gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu
tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun sistem tersendiri dalam
kumpulan masyarakat.
Wujud
Kebudayaan
J. J
Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala
kebudayaan’ : yaitu : (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini
diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud
kebudayaan :
1. Wujud
kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Unsur
Kebudayaan
Mengenai
unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat,
mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi,
mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua
bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal,
antaralain :
1. Bahasa
2. Sistem
Pengetahuan
3. Organisasi
Sosial
4. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata
Pencaharian
6. Sistem
Religi
7. Kesenian
Kesimpulan
Dari berbagai definisi di atas,
dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang
meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi
seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Sumber
Pustaka :
·
Abdullah, Prof. Dr Irwan. 2006. Konstruksi
dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
·
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.
No comments:
Post a Comment